Rabu, 28 Maret 2012

Catatan Kecil Tentang Arsitektur 'MINIMALIS'
di Indonesia.

Minimalis, sebuah nama istilah 'langgam', gaya atau 'style' dalam dunia arsitektur yang sekarang lagi 'trendy'.
Namun dibalik itu, sesungguhnya tetap ada konsekuensi profesi yang harus tetap disajikan dalam paparan atau terjemahan hasil rancang bangun yang diperuntukkan bagi 'user', tanpa mengesampingkan aspek optimalaisasi fungsi, keamanan penggunaan, 'kenyamanan' dan estetika, meskipun di dalamnya ada banyak unsur relatifitas bagi masing-masing praktisi.

Bukan hanya sekedar obsesi minimalis bagi masyarakat kebanyakan. Unsur kaidah rancang bangun yang mestinya sesuai dengan kondisi lokasi geografis setempat ( tropis : Indonesia ), seyogyanya menjadi salah satu yang dipertimbangkan, disamping unsur-unsur perancangan yang disebut di atas.

Adapun keberanian pemanfaatan material dan unsur warna-warna kontras, bentuk-bentuk geometris dengan garis-garis tegas dan dimensional yang menunjukkan 'keberanian' minim, itu hanya sekedar visualisasi yang mudah ditangkap 'mata umum', tetapi masih belum menunjukkan ukuran keberhasilan sebuah citra desain untuk fungsi tertentu yang tepat guna. Ibarat lagu, hanya baru 'ngetrend' untuk waktu tertentu dan tempat tertentu.

Untuk sebuah idealisme, 'architecture' adalah bagian dari kultur suatu kelompok masyarakat ( bangsa ).
Seorang praktisi, bisa menjadi jembatan untuk pemaparan gagasan yang bisa menjadi opini, sebaiknya tidak 'latah' dengan jualan yang sedang laku.

Gabungan antara teknologi dan seni , adalah kapasitas  yang sudah pernah dimiliki oleh para pendahulu, yang notabene berpredikat bukan arkitek. Dan mereka tidak hanya berlomba menciptakan produknya hanya karena meinginkan suatu bentuk, tetapi ingin menciptakan esensi wadah dari sesuatu kegiatan.

Ciptakan wadah kegiatan yang bisa mendukung perkembangan positif budaya ( perilaku ) pemakainya.
Ciptakan arsitektur Indonesia yang berkarakter 'Indonesia' yang kaya akan kasanah budayanya dan tidak sekedar mencontoh yang pernah dilihat..........